Sekolah Internet Indonesia

Cerita Seks : Bersama si Meta Saat di Villa

Cerita sek memang tak ada habisnya, mari kita simak yang satu ini. Setelah hampir dua minggu dan telah membuat perencanaan yang masak, kami sepakat untuk berterus terang pada Meta. Acara kami buat di villa kami di kawasan Kopeng. Sengaja kami hanya berempat dengan Meta dan kami memilih tepat pada hari libur kerja yaitu Sabtu dan Minggu. Kepada suaminya Meta ijin akan mengikuti pelatihan Manajemen Mikro. Meta sebenarnya cukup merasa penasaran meskipun sebenarnya acara seperti ini telah sering kami adakan, tapi memang biasanya Meta tidak sampai menginap.

Kami berangkat terpisah karena Meta diantar oleh suaminya sampai ke tempat bus Patas, tapi sesampai di Salatiga kami telah menunggunya, lalu Meta turun dan terus bergabung bersama kami menuju Kopeng.

“Uhh..! Kesel aku Mbak, masak aku disuruh naik bus sendiri” sungut Meta begitu turun dari bus.
“Lho kan belum jadi direktur, ya sabar dulu dong sayang..” jawabku sambil membantu mengangkat koper bawaannya.
“Mbak, aku di belakang ama Mas Pujo ya, biar Mas Duta yang setir” pintanya padaku. Aku tahu betul akan kelakuannya itu, Meta ingin bermanja-manja dengan Mas Pujo.
“Iya deh.., asal Mbak tetep dibagi..” godaku.
“Iih.. Mbak kan udah tiap hari nyanding” balasnya. Mas Pujo cuma nyengir, sedang Duta sudah siap di belakang setir.
“Met.., apa tadi nggak dapat saweran di bus” goda Duta sambil menjalankan mobilnya.
“Iih.. Emangnya aku cewek apaan” jawab Meta menirukan gaya Nani Wijaya di serial Bajaj Bajuri sambil menggelendot manja pada Mas Pujo.

Memang Meta sangat menyayangi Mas Pujo, bahkan dialah yang paling pencemburu dibandingkan aku yang isterinya. Aku, Mas Pujo dan Duta juga amat sayang padanya. Bagi kami kebahagiaan yang kami rasakan selama ini memang untuk berempat. Kulihat Meta sudah mulai mengantuk di pelukan Mas Pujo.

“Mas pijit ya sayang..!” bisik Mas Pujo di telinga Meta.

Meta merapatkan pelukannya. Mas Pujo mulai memijit punggung Meta. Pijitan Mas Pujo memang benar-benar pijitan yang menenangkan karena aku pun sangat menyukainya. Bila sehabis ML biasanya Mas Pujo memijit punggungku sambil memelukku. Itulah Mas Pujo yang romantis, kata Meta.

Perjalanan Salatiga-Kopeng hanya sekitar 45 menit. Aku sendiri sebenarnya lelah setelah tadi malam kuhabiskan dua rondeku dengan kedua suamiku. Cumbuan Duta yang begitu lama membuatku benar-benar habis tenaga, belum Mas Pujo yang selalu mengambil babak akhir permainan kami. Mas Pujo memang sangat senang membenamkan kontolnya ke dalam memekku saat aku telah mencapai orgasme. Biasanya ia akan membenamkan kontolnya dan memelukku dengan penuh perasaan sambil menikmati remasan-remasan memekku, bahkan tadi malam sempat kram rasanya otot-otot memekku karena permainan mereka berdua.

Seperti biasanya aku meminta Duta untuk telentang dan membuka kedua pahanya dengan kepala bertelekan 2 bantal, lalu aku menaikinya dengan posisi membelakangi dan bertumpu pada kedua tanganku ke belakang. Posisi ini sangat aku sukai karena Mas Pujo dapat dengan mudah melumat clitorisku sementara Duta memompa memekku dari bawah sambil meremas putingku. Rasanya semua syaraf nikmatku tak ada yang terlewat menerima rangsangan dari keduanya.

Begitu aku orgasme yang ketiga dan Duta memuntahkan spermanya di memekku, langsung Mas Pujo mengambil alih dengan membenamkan kontolnya ke memekku. Mas Pujo menikmati kontraksi otot-otot vaginaku dan berlama-lama berada di sana, sebelum kemudian memompa memekku dengan penuh perasaan.

“Kok ngelamun Rien, kita dah nyampe nih..!” ujar Duta mengagetkanku sambil memasukkan kendaraan ke pelataran villa. Aku tergagap. Kulihat Pak Kidjan penjaga villa kami memberi salam.
“Meta, bangun sayang, kita udah nyampe nih..!” bisik Mas Pujo.

Yang dibisiki menggeliat sambil mengucek-ucek mata. Kembali dipeluknya Mas Pujo dan mereka berciuman lembut penuh perasaan. Entah mengapa sejak mula pertama Mas Pujo bercinta dengan Meta tak ada rasa cemburuku, aku malah bahagia melihat keduanya, tapi anehnya aku cemburu kalau Mas Pujo dengan yang lain.

Pada pukul 17.00 tepat kami sudah selesai memasukkan semua bawaan ke dalam villa dengan dibantu Pak Kidjan. Setelah itu kami suruh Pak Kidjan untuk mengunci pagar dan pulang karena kami katakan bahwa kami ingin beristirahat dengan tidak lupa memintanya agar besok jam 10 dia datang lagi.

Villa ini dibeli oleh Duta karena sebelumnya memang direncanakan untuk coba-coba usaha agribisnis. Bangunan yang ada hanya sederhana saja karena memang bekas bangunan Belanda yang terletak di tengah-tengah tanah seluas 1 hektar yang di depannya ada rumah penjaga yang jaraknya 75 meteran. Ada 4 kamar, yang dua besar dan ada connecting door, salah satunya ada 2 tempat tidur dan yang satunya single, dengan ruang tamu cukup luas, ruang dapur dan garasi. Kami sengaja memakai dua kamar yang besar itu.

“Mandi dulu gih..” pinta Mas Pujo pada saya dan Meta.
“Maas, Meta dimandiin Mas aja.. Ya” rengek Meta manja sambil memegang lengan Mas Pujo.
“Idih, kan udah becal, Meta kan bisa mandi cendili” goda Mas Pujo dicedal-cedalkan.
“Nggak mau.., Meta mau mandi ama Mas aja” jawab Meta merajuk sambil cemberut dan langsung minta gendong.

Aku dan Duta hanya senyum-senyum melihat tingkah mereka. Lalu Mas Pujo menggendong Meta berputar-putar. Bibir keduanya tampak berpagutan mesra. Sambil tetap berciuman mereka menuju kamar mandi, yang oleh Duta sudah diganti dengan jacuzzi besar yang cukup untuk berendam 4 orang dan ada air panasnya. Lalu Duta meraihku dan memelukku, kami berciuman.

“Nyusul yok.. Kita bisa saling gosok” ajak Duta dengan langsung menggendongku.

Di jacuzzi, Mas Pujo sedang memeluk Meta dari belakang sambil menciumi rambutnya, tapi aku yakin bahwa pasti tangan Mas Pujo yang satu tidak akan jauh-jauh dari puting susu Meta, sedang yang lain entah apa yang digosok, tapi karena di dalam air dan tertutup busa sabun jadi tidak kelihatan. Sementara itu yang dipeluk memejamkan matanya penuh kenikmatan sambil sesekali mendesis.

Aku turun dari gendongan Duta. Kulepas semua pakaianku hingga telanjang bulat, setelah itu ganti kulucuti pakaian Duta sampai tak bersisa. Kontol Duta yang besar masih belum bangun penuh, jadi masih setengah kencang. Dengan berbimbingan tangan kami masuk ke air dan Duta bersandar dekat Mas Pujo. Dengan meluruskan kedua kakinya, aku maju ke pangkuan Duta, kutempelkan bibir memekku ke atas kontol Duta dan kutempelkan dadaku ke dadanya. Hangatnya air dan sentuhan kulit kami terasa nikmat, benar-benar nikmat.

Dengan perlahan tapi pasti benda bulat dalam lipatan bibir memekku membesar mengeras dan berusaha berdiri tegak, tapi karena tertahan oleh belahan memekku, benda tersebut tak bisa tegak. Di sebelahku, Meta juga sedang menduduki barang yang sama seperti aku. Aku tahu pasti, bahkan aku yakin bahwa Mas Pujo masih belum memasukkan barangnya ke memek Meta. Kami berempat tak ada yang bersuara, hanya sesekali terdengar desahan lirih dari mulut Meta tetapi kami sama-sama tahu bahwa kami masing-masing sedang menikmati sesuatu yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

“Engh.. Egh..” tiba-tiba desahan Meta semakin keras diiringi geliat tubuhnya yang seperti cacing kepanasan.
“Aduh Mas, Meta nggak kuat.. Oh Mbak, ooh.. Mas Duta, ayo dong, Meta duluan” pintanya.

Kalau sudah begini biasanya Meta meminta Duta untuk segera membenamkan kontolnya ke memeknya. Aku beringsut meninggalkan Duta sementara Mas Pujo masih memangku Meta dari belakang dalam posisi kedua kaki lurus ke depan dan bersandar pada dinding jacuzzi. Duta mendekat dari depan sambil mengarahkan kontolnya ke arah selangkangan Meta dan Meta memberi jalan dengan mengangkangkan kedua pahanya. Perlahan dengan bimbingan tangan Meta, kepala kontol Duta memasuki memek Meta, jelas terlihat dari ekspresinya yang mendesis keenakan. Lalu pesta seks ini terus berlanjut.

Perlahan Duta mulai memompa maju mundur terlihat dari riak air yang mulai menggelombang, sementara Mas Pujo memeluk Meta dari belakang sambil menciumi tengkuk dan belakang telinganya. Saat-saat seperti itu Meta nikmati dengan memejamkan mata sambil giginya beradu menahan nikmat yang luar biasa. Meskipun kontol Mas Pujo tidak melakukan penetrasi namun aku yakin, pasti ada yang mengganjal di anus Meta hingga itu membuat sensasi tersendiri untuknya. Tiba-tiba Meta melepaskan pelukan Mas Pujo dan ganti memeluk Duta. Sedang Mas Pujo masih tetap tidak dapat bergerak karena harus memangku dua orang yang sedang bersetubuh. Mas Pujo hanya mengusap-usap punggung dan pinggang Meta dari belakang.

“Aduhh Mas, Meta ngga tahaan, enghh..” desah Meta sambil memeluk Duta erat-erat dan dada Duta yang bidang terkena sasaran gigitannya.

Melihat itu semua aku menjadi sangat terangsang tapi kami bertiga sudah bersepakat bahwa kesempatan kali ini adalah milik Meta sepenuhnya, jadi aku mengalah dulu. Sementara itu kutukar air jacuzzi dengan air hangat tanpa membubuhkan sabun. Begitu air telah mulai berkurang, kulihat posisi Meta yang mengangkang sementara Duta memompanya dari depan dan kontol Mas Pujo tertindih di antara bokong Meta.

Sejenak Meta masih menikmati saat-saat indah orgasmenya. Kemudian Meta melepaskan diri dari Duta dan berdiri membalik menghadap Mas Pujo hingga praktis memeknya berada di depan mulut Mas Pujo. Diraihnya pinggul Meta dan Mas Pujo mulai menciumi dan menjilati memek Meta.

“Aahh sshh Mas kita ke kamar aja.. Meta nggak tahan nih” rengek Meta. Mas Pujo berdiri menggendong Meta dan meninggalkan kami berdua sementara Duta mulai berbalik menciumi payudaraku.
“Rien ikut yuk..” ajak Duta.

Aku ikut saja sambil berpelukan seperti Adam dan Hawa, kami menyusul Mas Pujo dan Meta ke kamar besar yang ada single bed-nya. Kulihat Meta telah telentang dan Mas Pujo menindihnya, sekali-sekali pinggulnya diangkat dan dihunjamkannya dengan penuh perasaan sampai melengkung. Kutarik Duta dan segera aku telentangkan diriku. Aku ingin kontol Duta yang masih tegak berdiri segera menusukku mengisi relung vaginaku. Aku ingin mempraktekkan sex yoga yang baru aku pelajari dengan Mas Pujo beberapa waktu lalu.

Sementara Mas Pujo dan Meta menikmati saat-saat indah itu, di sebelahku Duta membuka kedua pahaku lebar-lebar dan mengarahkan kontolnya ke memekku yang telah merekah. Perlahan-lahan, mili demi mili aku rasakan benda itu mulai memasuki memekku sebelum akhirnya benda keras itu telah dengan sempurna berada di peraduannya. Kemudian Duta menindihku dan memelukku dengan sepenuh perasaan. Aku sepenuhnya berkonsentrasi pada apa yang sedang kurasakan dan Duta mengikutinya hanya dengan diam, tanpa gerakan memompa hingga tanpa diperintah pun saraf-saraf nikmat di sepanjang lorong memekku bekerja, mula-mula hanya gerakan-gerakan halus.

Pada saat yang sama desiran-desiran nikmat juga mulai menjalari kedua payudaraku yang tertindih dada Duta. Semakin lama gerakan-gerakan halus di sepanjang lorong memekku berubah menjadi remasan-remasan dan mulai terasa getaran-getaran pada batang kontol Duta, bahkan kepala kontolnya terasa mulai melebar pertanda akan memuntahkan spermanya. Napas Duta semakin memburu, aku sendiri sudah tak ingat apa-apa. Konsentrasiku hanya satu yaitu pada rasa nikmat yang menggelitiki mulai ujung puting payudaraku sampai ke lorong-lorong memekku. Dan.. Creet.. Creett.. Crett.. Ketika akhirnya sperma itu membasahi relung-relung memekku, jiwaku seakan melayang menari-nari di atas awan sambil berpelukan dengan Dutaku sayang. Sejuta kenikmatan kurasakan di sekujur tubuhku. Sementara itu..

“Oohh.. Ahh aduh Mas.. Meta mau nyampe lagi Mas..” suara desahan Meta kembali menyadarkan aku dan kudapati Duta yang masih ngos-ngosan dengan bermandi peluh mendekapku.
“Terima kasih Rien.. Kamu luar biasa” bisiknya di telingaku. Aku menoleh ke samping. Mas Pujo juga sedang menjelang saat-saat akhir mendekati puncak. Tampak pinggulnya menghunjam selangkangan Meta dalam-dalam dan..
“Aahh.., adduhh Mmass..” Meta dan Mas Pujo hampir bersamaan mengejat-ngejat keenakan.

Akhirnya kami mengakhiri permainan sore itu setelah jam menunjukkan hampir pukul 19.00. Rasa lapar akhirnya datang juga mengingat kami belum makan malam. Bergegas kulepas pelukan Duta, lalu dengan telanjang bulat aku pergi ke dapur. Kubuka bungkusan-bungkusan bekal yang telah aku siapkan. Meta menyusul juga dalam keadaan telanjang dan akhirnya kami berempat menghadapi meja makan masih dalam keadaan telanjang tanpa ada yang sempat membersihkan diri bahkan dari celeh memekku dan memek Meta masih tampak meleleh sperma suami-suami kami.

Pagi itu aku bangun lebih awal karena memang aku dapat beristirahat penuh saat malamnya. Kulihat Mas Pujo masih memeluk Meta berhadapan, sedang dari belakang Duta tampak memepetkan tubuhnya terutama pada bagian bokong Meta, pasti batangnya masih menancap.

Kebiasaan Duta selalu membenamkan kontolnya sambil tidur dan hebatnya tidak lepas, tetap saja kencang di dalam memek. Sedang Mas Pujo pasti tangannya tak mau jauh-jauh dari puting, aku tahu persis kelakuan kedua laki-laki itu karena aku juga sering diperlakukannya demikian, bedanya aku tidak dapat tidur dengan kontol masih mengganjal memekku, sedangkan Meta bisa, mungkin karena kecapaian.

Dalam hal seks sebenarnya aku sudah puas sekali dipenuhi oleh Mas Pujo dan Duta tapi kehadiran Meta kadang membuatku ingin bereksperimen terhadap respons sex yang ditimbulkan oleh sesama jenis. Meskipun aku sudah sering main berempat, tapi biasanya aku atau Meta hanya bersifat pasif kurang dominan, sedangkan peran utama tetap pada kedua pria itu.

Pernah pada suatu hari Mas Pujo sedang tidak ada di rumah karena ada tugas ke luar kota selama seminggu dan Duta sedang ada di rumah setelah dari Jakarta selama hampir 5 hari. Kira-kira pada pukul 19.00, Meta datang ke rumahku. Nampaknya Meta tahu bahwa aku sedang berduaan saja dengan Duta. Kami duduk di ruang tamu. Seperti biasa Meta agak kurang tertarik untuk ML kalau dengan Duta. Aku pamit ke dapur untuk membuat minuman. Aku sedang menyeduh teh, ketika Duta tiba-tiba sudah berada di belakangku. Sebelum aku sadar apa yang terjadi, Duta sudah mendekapku dari belakang.

“Duta, jangan.. Jangan di sini sayang, aku kan lagi pegang air panas.. Gak boleh.. Ya sayang..” kataku manja sambil berusaha melepaskan diri.
“Rien..”, bisiknya sambil menciumi leher dan telingaku.
“Rien.. Aku kangen banget sama Rien. Kasihanilah aku Rien.. Aku kangen banget”, bisiknya sambil terus mendekapku erat-erat.
“Iya.. Iya tapi kan baru tiga hari masak udah gak sabar..” kataku sambil meronta-ronta manja dalam pelukannya.
“Aduhh. Mbaak jangan gitu.. Mas Duta sudah ngga kuat tuh.. Nggak kuaat kan Mas”, bisik Meta tiba-tiba juga sudah berada di belakang Duta tanpa sehelai benang pun dengan sinar mata penuh nafsu.

Tangan Meta tiba-tiba meremas buah dadaku, menciumi leher dan belakang telingaku. Tangan kirinya merangkulku dan tangan kanannya tahu-tahu sudah meraba vaginaku sementara pelukan Duta mengendur memberi kesempatan. Aduh, gilaa, sentuhan Meta malah melambungkan nafsuku. Kalau tadi aku pura-pura meronta, sekarang aku malah pasrah, menikmati remasan tangan Meta di puting payudara dan di vaginaku.

Aku dibaliknya menjadi berhadapan, aku didekapnya, dan diciumi wajahku. Dan akhirnya bibirku dikulumnya habis-habisan. Lidahnya masuk ke mulutku, dan aku tidak sadar lagi saat lidahku juga masuk ke mulutnya. Meta menurutku saat itu agak kasar tetapi benar-benar romantis hingga aku benar-benar terhanyut. Sensasinya luar biasa, baru kali itu aku merasakan nikmatnya sentuhan sejenis.

Tanpa terasa Duta dan aku pun telah telanjang bulat, entah siapa yang melucutiku, mungkin Duta. Kalau situasinya memungkinkan, belaian sejenis ternyata malah menjadi lebih nikmat untuk dinikmati. Aku membalas pelukannya, membalas ciumannya. Kami semakin liar. Tangan Duta menyingkap belahan bokongku dan merogoh ke dalam vaginaku yang sudah basah dari belakang sedang tangan Meta mengerjai vaginaku dari depan.

Didekapnya clitorisku dan dipijat-pijatnya, diremasnya, dimainkannya jarinya di belahan vaginaku dan menyentuh clitorisku. Kami tetap berdiri. Aku didorong Meta mepet menyandar ke tubuh Duta, penisnya sudah tegang sekali, mencuat ke atas. Tangan kananku dibimbingnya untuk memegangnya. Penis Duta memang lebih besar daripada punya Mas Pujo. Secara refleks penisnya kupijat dan kuremas-remas dengan gemas.

Duta semakin menekan penisnya ke celah bokongku untuk menerobos vaginaku. Aku paskan di lubangku, dan akhirnya masuk, masuk semuanya ke dalam vaginaku. Duta dengan sangat bernafsu mengocok penisnya keluar masuk sementara kuangkat satu pahaku dan Meta telah merosot ke depan selangkanganku untuk mengulum clitorisku yang juga sudah mencuat. Benar-benar kasar gerakan Meta, tetapi gila, aku sungguh menikmatinya. Sementara penis Duta terasa mengganjal dari belakang dan nikmat sekali. Aku pegang bokongnya dan kutekan-tekankan agar mepet ke pangkal pahaku, agar mencoblos lebih dalam lagi.

“Duta.. Meta.. Aku ngga kuat.. Aduhh.. Kalian.. Curang..” bisikku dengan nafas memburu.
“Ooh.. Meet..”

Cepat kudorong pinggulku ke belakang, sehingga penis Duta bertambah dalam di vaginaku hingga aku mengejat-ngejat menikmati orgasme.

“Orghh..” Duta melenguh seperti kerbau disembelih pertanda akan memuntahkan spermanya.

Lalu tangan Meta segera mencabut dan menggenggam penis Duta yang memuncratkan spermanya di dalam mulut Meta hingga sebagian tumpah di lantai dapur. Kami berpelukan lagi sambil mengatur napas kami. Ya ampun, aku telah disetubuhi Duta dan dioral Meta dengan posisi Duta berdiri, sambil mepet ke tembok. Gila, aku menikmatinya, aku berakhir orgasme dengan sangat cepat, walaupun hanya dilakukan tidak lebih dari 20 menit saja. Mungkin ini karena sensasi yang kuperoleh dari permainan dengan sesama jenis juga.

*****

Pagi itu setelah selesai membersihkan diri di kamar mandi, timbul niatku untuk ganti mengerjai Meta sekaligus memberikan kenangan perpisahan untuknya. Sambil memisahkan pelukan Mas Pujo dengan Meta, aku yang sudah mandi dan masih telanjang bulat menyelinap di antara tubuh mereka.

“Biar aku yang gantiin peluk Meta Mas..”, kataku pada Mas Pujo.

Mas Pujo bangun dan langsung ke kamar mandi. Kudekap Meta, kupegang puting susunya yang sebelah kiri sementara tangan kananku meraba vaginanya. Benar saja di memek Meta masih terganjal kontol Duta. Meta terbangun.

“Aku sayang sama Mbak Rien..”, kata Meta sambil mencium bibirku.
“Kamu luar biasa deh Met.. vegymu masih bisa pegang.. the big gun”, bisikku sambil tersenyum. Meta juga tersenyum nakal, sambil ganti membelai payudaraku.
“Punyaku kencang dan keset ya Mas? Mas Pujo suka bilang gitu. Meskipun udah buat lewat anakku”, tanya Meta ke Duta manja. Yang ditanya hanya membuka matanya separuh.
“Mbak, punya Mbak Rien juga masih oke banget kan, nyatanya Mas Duta selalu ketagihan”, kata Meta lagi. Kami berdua tersenyum dan mempererat pelukan kami.

Kuciumi Meta dari kening, mata, hidung hingga mulut. Disambutnya ciumanku dengan permainan lidahnya. Lama kami berciuman dan tanganku pun tak henti meremas teteknya yang kenyal. Lalu kubuka bibir vaginanya. Kemudian kususupkan tanganku ke dalam belahan memeknya di antara kontol Duta untuk kemudian jari tengahku kutarik ke atas hingga tepat menekan clitorisnya. Memek Meta telah banjir akibat kelenjar-kelenjar memeknya mengeluarkan cairan karena rangsangan tanganku dan dari kontol Duta yang mulai ditarik keluar masuk.

“Sshh.. Oohh.. Mbak.. Please.. Sshh.. Don’t stop.. Aahh..” desah Meta.

Lalu jari telunjukku memainkan clitorisnya yang mulai menegang sementara Duta memompanya dari belakang dan mulutku telah beralih turun ke putingnya. Kuberanikan untuk menyodok-nyodok memeknya dengan dua jari. Agak kasar.

“Sshh.. Aahh.. Oohh Mbak.. Meta ngga tahann.. Sshh..”

Meta mulai mengacak-acak rambutku. Aku merosot ke arah selangkangan Meta, kuangkat paha Meta yang kiri dan aku bantalkan kepalaku pada paha satunya. Dengan posisi paha bawah menekuk begini aku dapat leluasa menjilati clitoris Meta dari depan sedangkan Duta tetap leluasa memompa dari belakang.

“Ohh.. Mbak.. Mas Duta.. Aku mau keluar..” Meta berteriak tidak tahan diperlakukan demikian. Kedua pahanya mulai bergerak akan dijepitkan pada kepalaku sambil terus menggoyangkan pantatnya, tiba tiba Meta menjerit histeris..
“Oohh.. Mbak bagaimana.. Ini.. Orgghh..” Meta terus mengejat-ngejat dengan ritmis pertanda dia sudah keluar.

Duta terus menggenjot pantatnya semakin cepat dan keras hingga mentok ke dasar memek Meta. Dan.. crett.. crreett.. ccrreett.. Dan keluarlah sperma Duta dari sela-sela memek Meta saat sperma Duta keluar. Aku langsung menyedotnya habis sampai bersih.

Rupanya Mas Pujo sudah selesai mandi dan begitu Duta mencabut kontolnya dari memek Meta langsung saja Mas Pujo menggantikan posisi Duta dengan tidur miring dan memasukkan kontolnya ke memek Meta dari belakang.

Mas Pujo mulai mengayunkan kontolnya, walau tampak agak kelelahan tapi Meta berusaha mengimbangi. Setelah agak lama Mas Pujo meminta Meta untuk berposisi menungging dengan tanpa melepaskan kontolnya. Otomatis Meta mengangkangiku dalam posisi 69. Aku terus saja mengambil posisi merengkuh bokong Meta dan mengganjal kepalaku dengan dua bantal agar mulutku dapat pas di clitoris Meta. Mas Pujo langsung mendorong pantatnya.

Aku terkesiap ketika kurasakan lidah Meta sudah memainkan clitorisku, sambil meremas tetekku yang dari tadi terbiarkan. Aku pun mengangkat pantatku dan menarik pinggul Meta hingga kami berpelukan dengan bantalan tetekku dan tetek Meta. Rasanya jiwaku melayang apalagi saat sesekali aku dapat meraih kontol Mas Pujo untuk kukulum dan memasukkannya lagi ke memek Meta.

“Aduuhh..,.. Met..” erang Mas Pujo sambil terus laju memompa memek Meta, dan dua buah pelirnya memukul-mukul ubun-ubunku.

Tiba-tiba ditahannya pantat Meta kuat-kuat agar tidak bergoyang. Dengan menahan pantat Meta kuat-kuat itulah Mas Pujo dapat memompa lebih kuat dan dalam, sedangkan aku dengan susah payah harus melumat clitoris Meta. Rupanya Mas Pujo kuat juga meskipun telah berkali-kali kemaluannya menggocek memek Meta tadi malam tapi masih tetap saja tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kelelahan bahkan semakin meradang.

Kulepas mulutku dari clitoris Meta dan terus kutekan dengan jari tengahku sambil kugosok naik turun seperti bermasturbasi, dan tiba-tiba Meta mengapit kepalaku.

“Aduuhh.., Mbakk.., Aahh Mas.. Pujo,” kudengar erangan Meta mulai tidak karuan saat aku terus melakukan gosokan pada clitorisnya.
“Mbak Rien..,.. Aku mau keluar.. Ahhgg..” desahnya lagi.

Mendengar desahan Metam aku dan Mas Pujo seperti dikomando, semakin gencar melakukan gosokan sambil tanganku naik turun untuk mempercepat rangsangannya dan Mas Pujo mempercepat tempo genjotannya. Dan tak lama kemudian.., seerrtt.., seerrtt kurasakan dua semburan lelehan putih dari bibir memek Meta serta kedua pahanya semakin mengapit kepalaku kuat-kuat. Lelehan warna putih pekat di tanganku kumasukan mulutku, terasa agak manis asin.

Setelah kedutan-kedutan memek Meta berhenti, kulihat kontol Mas Pujo yang masih tegar kuraih, kuhisap dan kukulum serta kujilat pada kemaluan yang membonggol itu dan hasilnya luar biasa.., aku merasa ukurannya bertambah besar dan mulai bekedut-kedut. Kuhisap lagi berulang kali sampai aku puas. Aku mulai merasakan adanya cairan manis keluar dari ujung kemaluan itu. Aku terus berusaha, mulutku mulai payah. Kugoyang-goyangkan telur kemaluan Mas Pujo.

“Ahh Rienn..” desah Mas Pujo.

Creet.. crett.. Saking kuatnya semprotan dari kemaluan Mas Pujo, kurasakan ada air maninya yang langsung masuk tertelan. Kuhisap terus sampai terasa tidak ada lagi air mani yang keluar dari kemaluan Mas Pujo. Kubersihkan kemaluan Mas Pujo dengan menjilatinya sampai bersih. Aku puas merasakannya. Aku bahagiaa. Sebentar kemudian kurasakan kemaluannya mulai mengecil dan melemas. Pada saat telah kecil dan lemas tersebut, aku merasa mulutku mampu melahap kemaluannya secara menyeluruh.

Kuangkat tubuh Meta tidur ke samping. Kami tidak berpakaian. Meta mulai merapatkan matanya sambil tangannya merangkulku dan tubuhnya yang berkeringat merapat ke tubuhku. Meskipun udara Kopeng dingin, tetapi tubuh kami masih kepanasan berkeringat akibat permainan tadi.

Siangnya pada jam 10.00, kami rapat dengan dihadiri Pak Kidjan penunggu Vila dan memutuskan bahwa pengelolaan usaha yang ada di Jawa termasuk kebun dan villa akan menjadi tanggung jawab Meta. Meta hanya menangis ketika kami sampaikan bahwa kami harus pindah, tapi dengan fasilitas dan keuangan yang ia kelola, Meta akan dapat menyusul kami sewaktu-waktu.

“Kami tak akan pernah melupakanmu Met..,” itulah kata-kata kami kepada Meta sebelum kami akhirnya terbang ke Bumi Nyiur Melambai.

Cerita Seks : Sek by phone dengan temanku

mari kita simak cerita sek terbaru tentang phone sek. Cerita seks ini khusus dewasa atau 18 tahun ke atas. Aku memasuki kamarku dan langsung kukunci dari dalam, kulepas T Shirt tanpa lengan yang kupakai dan kulemparkan begitu saja di tempat tidur. Payudaraku yang ranum berwarna sedikit merah muda di puting dan sekitarnya tampak menggairahkan. Aku memang sejak kecil tidak suka memakai bra hingga kini aku jadi tidak memiliki BH barang satupun, hingga begitu T Shirt kutanggalkan maka payudaraku pun langsung mencuat, ukurannya memang sedang-sedang saja namun bentuknya padat dan menggairahkan hingga dapat membuat setiap lelaki menelan ludah bila memandangnya, apa lagi ditunjang postur tubuhku yang sexy dengan tinggi 170 centimeter, yang cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita.

Kuperosotkan dan kulepas hot pantsku yang mini model longgar di bagian bawah, hingga tampak jelas CD model G String warna merah yang saat ini kupakai. Bentuknya sangat mini dengan seutas tali nylon yang melilit di pinggangku dan ada ikatan di kiri dan kanan pinggangku yang ramping. Bulu-bulu halus kemaluanku tampak menyibak keluar dari sela sela secarik kain model segi tiga kecil yang tipis ukurannya, tidak lebih dari ukuran dua jari hanya mampu menutupi lubang vaginaku. Bentuk G String yang kupakai memang sangat sexy dan aku sangat suka memakainya, ditambah seutas tali nylon yang melingkar melewati selangkanganku tepat mengikuti belahan pantatku ke atas bagian belakang dan tersambung dengan tali nylon yang melingkar di pinggangku.

Dengan sekali tarik ikatan di kanan kiri pinggangku, maka tak sehelai benang pun kini menutupi tubuhku, CD kubiarkan tergeletak di lantai. Sambil telanjang bulat aku berjalan menuju lemari mengambil sebuah celana pendek mini yang longgar di bagian bawahnya yang terbuat dari bahan sutera tipis tembus pandang dan ada celah di bagian kiri dan kanannya dan tanpa kancing, hanya menggunakan karet elastis saja. Segera kukenakan sambil menyalakan komputer dan mengakses internet. Celana ini memang enak sekali dipakai di rumah saat tidur, dan aku biasa tidur dalam keadaan seperti ini, tanpa busana lainnya menutupi tubuhku, hanya ada celana pendek seperti yang kukenakan saat ini. Namun tak jarang juga aku tidur tanpa berbusana sama sekali dan langsung menyusup ke dalam selimut.

Seperti biasa, email yang masuk ke mail box-ku sangat banyak. Kubuka satu persatu, bagi pengirim yang belum pernah mengirim email kepadaku langsung kujawab emailnya dan kucantumkan persyaratanku bila ingin berkenalan dan mengobrol lebih lanjut denganku, sedangkan bagi yang sudah pernah kujawab emailnya namun tidak memenuhi persyaratanku tetapi tetap ngotot berkirim email ingin berkenalan lebih lanjut dan ber email ria, langsung saja kuhapus emailnya dengan tanpa memberikan reply. Demikian pula bagi yang mengirimkan pesan dengan menggunakan nomor HP-nya melalui SMS langsung saja kuhapus tanpa perlu membukanya terlebih dahulu. Aku malas membukanya karena membuang-buang waktu dan biaya, toh aku juga tidak bisa membalas pesannya kecuali dengan juga menggunakan SMS, untuk apa aku harus bersusah payah membuang-buang pulsa segala, pikirku.

Setelah selesai membuka dan membalas semua email yang masuk, kuputus akses dengan internet, namun komputerku tetap kunyalakan karena rencananya nanti selesai mandi aku akan mengaksesnya lagi, karena biasanya akan banyak lagi email yang masuk.

Kulepas celana yang kupakai dan aku memasuki kamar mandi yang ada dalam kamarku. Kunyalakan air hangat mengisi bathtub kamar mandiku. Sore ini aku ingin berendam sejenak sambil menghilangkan pegal-pegal yang ada di tubuhku. Kutorehkan bath foam secukupnya dalam air hingga berbusa. Saat aku menunggu penuhnya air, tiba-tiba handphoneku berbunyi.

Kalau kudengar dari deringnya, aku yakin ini datangnya dari salah seorang pembacaku, karena memang bagi pembaca yang sudah memenuhi persyaratanku, nomor handphonenya segera kumasukkan memory dan kukumpulkan dalam satu nada dering khusus. Kuambil hand phoneku yang tergolek di atas meja computer, dari layarnya tampil namanya Amin (nama samaran).

“Yaa..! Halloo..!”, sapaku setelah menekan tombol Yes.
“Hallo..! Hai Lia..! Apa kabar..? Lagi ngapain nich?”, sahut Amin dari seberang.
“Aku sedang mau mandi nich! Emangnya kenapa dan ada apa menelepon? Entar aja deh kamu telepon aku lagi ya, aku sudah telanjang bulat nich, sudah siap-siap mau berendam”, belum selesai aku berkata, Amin langsung memotong pembicaraanku..
“Eee.. Eeh! Tunggu dulu dong! Biar saja kamu berendam sambil tetap ngobrol denganku”, pinta Amin.
“Baiklah”, jawabku menyetujui sambil meraih hands free kemudian aku masuk kembali ke kamar mandi.

Hand phone kuletakkan di meja wastafel dan kabel hands free menjulur ke arah telingaku, aku pun akhirnya berendam sambil mengobrol dengan Amin menggunakan hands free.

“Lia! Aku sekarang juga berjalan ke kamar mandi, sekarang di kamar mandi aku melepaskan celana dan CD-ku, kondisiku sekarang juga sudah bugil nich!”, Amin mencoba menjelaskan keadaannya saat itu padaku.
“Emangnya gue pikirin, lagian ngapain kamu ikutan bugil di sana?”, ujarku.
“Lia! Aku ingin melakukan onani sambil ngobrol denganmu, kamu tidak keberatan kan? Please! Sekarang penisku sudah selesai kubasahi dan kuoles dengan shampoo, sekarang mulai kuusap-usap sambil mengocok-ngocoknya, kamu juga cerita dong apa yang kamu kerjakan saat ini sambil memberiku rangsangan”, pinta Amin lagi dengan memelas.

Mendengar penuturan Amin tadi, terus terang aku sempat membayangkan sejenak dan sedikit mulai terangsang hingga tanpa kusadari aku juga sudah mulai meremas-remas payudaraku. Karena aku memakai hands free, maka aku tetap masih bisa mengobrol dengan kedua tanganku tetap bebas bisa beraktifitas. Kuceritakan pada Amin kalau saat ini aku sedang meremas-remas kedua payudaraku yang juga sudah mulai mengeras, puting susuku mendongak ke atas dan mulai kujilati sendiri bergantian kiri kanan, aku merasakan ada aliran yang mengalir keluar dari liang senggamaku, pertanda aku sudah mengalami rangsangan hebat.

Sementara tangan kiriku tetap meremas-remas payudaraku, tangan kananku mulai turun ke bawah meraba dadaku, mengelus-elus sendiri pusarku, ke bawah lagi ke arah vaginaku sambil mengangkat kedua buah kakiku dan meletakkannya ke samping bathtub hingga posisiku sekarang terkangkang lebar hingga memudahkan tangan kananku mengelus bagian luar vaginaku yang sekitarnya ditumbuhi bulu-bulu halus. Jari-jariku turun sedikit mengusap-usap bibir vaginaku sambil menggesek-gesekkan klitorisku. Aku mulai melenguh menikmati fantasiku, gesekannya kubuat seirama mungkin sesuai dengan keinginanku. Tiba-tiba kudengar suara teriakan Amin dari seberang sana..

“Ooo.. Oocch! Liaa..! Aku orgasme nich!”, suaranya makin lirih, rupanya di seberang sana Amin sudah berhasil mencapai puncaknya, gila! Dia sepertinya sangat menikmati penuturanku melalui telepon sambil terus melakukan aktifitasnya sendiri, mendengar suara itu aku menjadi semakin terangsang saja jadinya, jari tengah dan jari manis tangan kananku mulai kumasukkan ke dalam liang vaginaku yang sudah semakin berlendir, sementara jari telunjuk kupakai menggesek-gesek klitorisku. Rasanya benar-benar membuat darahku mengalir ke atas kepalaku. Pertama agak sulit masuk, namun lama-lama setelah melalui beberapa kali gesekan, bibir vaginaku pun semakin merekah sehingga memudahkan jari-jariku masuk menembus liang vaginaku.

Kumainkan jari-jariku di dalam vagina, kuputar-putar di dalam hingga menyentuh dinding-dinding bagian dalam vaginaku, rasanya tidak kalah dengan batang kemaluan yang pernah masuk dan bersarang dalam liang vaginaku, bahkan lebih hidup rasanya karena bisa kukontrol sesuai dengan keinginanku. Kugaruk-garukkan lembut pada dinding dalam vaginaku, ada kalanya kusentuhkan pada tonjolan sebesar ibu jari yang ada dan tersembul di dalam vaginaku, nikmat sekali rasanya.

Aku juga sepertinya akan segera mencapai puncak kenikmatan. Sekarang tiga jariku yaitu jari telunjuk, jari tengah dan jari manis tangan kananku kumasukkan seluruhnya ke dalam liang vaginaku, kutarik keluar masuk, kukocok-kocokkan makin cepat, sementara tangan kiriku juga mulai ikut aktif membantu, jari manis dan jari telunjuk tangan kiri kupakai menyibakkan bibir vaginaku, sementara jari tengahnya mengorek-ngorek klitorisku. Kocokan jari-jari tangan kananku semakin cepat. Aku terus melenguh.

“Ooh.. Oocch! Aa.. Aacch!”, badanku berguncang keras sehingga air dalam bathtub banyak yang tumpah keluar membasahi lantai kamar mandiku.

Badanku menggigil hebat, sekali lagi aku melenguh panjang, dan aku pun mencapai orgasme. Badanku kini lemas tersandar di punggung bathtub. Dari seberang sana kudengar suara Amin menanyakanku..

“Gimana Lia, enak enggak?”, Setan.., umpatku dalam hati, masa masih ditanya enak atau enggak?
“Lia..! Aku sekarang ke rumahmu ya? Kau kujemput dan kita check in terus melakukan hal yang sesungguhnya yuk”, ajak Amin.

Aku menolak dengan halus ajakan Amin. Setelah berbincang sejenak aku pamit untuk mematikan telepon dengan alasan akan melakukan sesuatu. Akhirnya dengan berat hati Amin pun bersedia mematikan teleponnya, entah berapa banyak pulsa sudah yang dia habiskan untuk melakukan sex by phone denganku sambil beronani.

Terus terang saja walau sudah agak sering kontak dengan Amin dan kami juga sudah dua kali bertatap muka, aku sedikit pun tidak berminat berhubungan badan dengannya. Tingginya sekitar 165 centimeter, lebih pendek sedikit dariku, badannya agak sedikit gendut, usianya 32 tahun, sudah beristri dan beranak tiga. Wajahnya menurut ukuranku juga tidak ganteng, jadi biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa bagiku. Aku memang juga membutuhkan sarana menyalurkan libidoku namun tidak berarti aku bisa melakukannya dengan siapa saja.

Cerita Sek Foto Model yang Disetubuhi oleh fotografernya

Aku mungkin sudah banyak malang melintang di dunia fotografer, kamar yang sebagian orang tabu untuk dibuka dan bisa aku foto “kenpa dibilang tabu”karena pasangan yang aku foto dalam keadaan ML,bukan apa-apa karena gak tau pasangan itu pengen mengabadikan gaya sex mereka dalam sebuah album yang”historisnya”tinggi dan ini adalah konsumsi pribadi mereka,Bayaran mu lumyan Gede waktu itu,Honor yang lumyan bisa buat deting sama pacar-pacar.Lebih dari 2 brow pacarku,maklum aku fotografer setiap ada model cakep yang pengen orbit dan cepat tenar kadang aku bumbu-bumbuin otomatis juga dia sering kasih tips”cium gratis”enak juga mereka semua kan model,tidak usah minta no Hp yang ribet-ribet mereka sendiri yang pengen save no aku, kayak artis juga. He ngomong-Ngomong dalam karirku aku mengalami kejadian sex yang bikin aku konak saat itu,mau tau cerita seks selengkapnya“ ayo sayang , jangan malu , buka lebar kakinya …” pinta Soleh . “ ah .. jangan lebar lebar dong , malu ..” jawab si gadis . Soleh pun membidik dan memfoto , pose erotis gadis itu dengan camera digital megapixelnya .



“ gak usah malu sayang , punya body oke gak apa apa dong di tonton ..” ujar Soleh lagi. “ oke sekarang coba menunging , dan buka deh kakinya agak lebar ..” pinta Soleh lagi . Gadis itu menurut , “ seperti ini ..” .
“ yah , begitu , bagus banget deh pantat kamu , sangat sexy ..” ujar Soleh , sambil memfoto pose itu beberapa kali .

Mungkin Soleh juga gak tahan lagi , dan dia meraba vagina gadis itu . “ ahh … jangan ahh … “ gadis itu mulai bersuara , dan merubah posisinya . Gadis kembali duduk di atas ranjang hotel itu , dan kembali Soleh memfoto beberapa shoot lagi .

“ udah ah , waktunya sudah habis ..” gadis itu berjalan ke kamar mandi dan mengunci pintu. Soleh hanya tersenyum saja .

Tak lama Gadis itu sudah rapi berpakaian kembali , dengan t shirt dan rok mini sexynya itu .

“ Soleh eloe benar kan , bisa promosiin gua supaya bisa ikut main sinetron “ tanya Gadis itu . “ tenang aja Ning , gua kenal ma , banyak producer film …” jawab Soleh .
“ benar yah …” kata Ningrum, dan gadis itu bersemangat .

Tangan Soleh pun mulai nakal , dan meraba paha mulus Ningrum .“ ih , Soleh, kamu genit yah …” ujar Ningrum . Tak hanya di situ , Soleh pun memarkirkan bibirnya di bibir indah Ningrum . Ningrum tak menolak , mereka pun berciuman dengan nafsu .

Tangan Ningrum cukup agrefis , meraba raba selangkangan Soleh . Dan perlahan membuka
zippernya , Hingga penis Soleh mencuat keluar dari balik celana boxer . “ ihh , besar banget sih , punya kamu ..” seru Ningrum . “ kamu sukakan , sayang ..” ujar Soleh. Ningrum tersenyum , dan memainkan penis Soleh yang sudah tegang itu .

Sedangkan tangan Soleh juga terlihat sudah berada di balik rok mini Ningrum . “ ahh , kamu , jahat , bikin saya nafsu aja nih ..” guman Ningrum . Soleh hanya terenyum , dan Ningrum mulai mengubah posisi , lidahnya menjulur , menyentuh ujung penis Soleh . “ ohh….. “ Soleh melenguh . Ningrum terus memainkan ujung penis Soleh , dengan lidahnya , sesaat kemudian , mulai mengulumnya . “ yes babe , yes ..” desah Soleh , sambil ikut mengoyangkan pantatnya .
Sambil kedua tangan Soleh , melepas t shirt Ningrum , yang jongkok di hadapannya . Dan tangan Soleh mulai meraba raba buah dada , Ningrum yang montok , dan tampak sexy itu .

Gerakan Ningrum , semakin hot , memberi Soleh the best blowjob dengan harapan Soleh akan membatunya masuk ke duania showbizz. Tangan Soleh , juga terus memainkan buah dada Ningrum , meremas , remas , dan memainkan putting susunya yang tampak menonjol terangsang itu .
Tubuh Ningrum pun terlihat mengelijing , sambil terus mengulum penis Soleh .
Sepuluh menit berlalu , Soleh sudah semakin dekat ke puncak birahinya , kini kedua
tangannya , memegang kepala Ningrum , dan menguyangkan kepalanya muju dan mundur . “
oh .. ..oh…” Soleh melenguh , dan Ningrum menerima dengan nafsu setiap desakan penis besar
Soleh di mulutnya .

“ ohh , gua sudah mau keluar..” erang Soleh . Sambil mempercepat gerakkan bokongnya . Penisnya bergerak cepat di dalam mulut Ningrum , dan tak lama , Soleh terdiam . Ningrum memejamkan matanya , dan merasakan semburan hangat , dalam mulutnya .

Ningrum segera berlari ke toilet , membersihkan mulutnya , sedang Soleh terduduk lemas . Tapi itu tak lama , setelah Ningrum keluar dari toilet , Soleh langsung menyambutnya , dan melumat bibirnya dengan nafsu .

Ningrum memang cantik , di usianya yang menginjak 27 tahun , tubuhnya sexy dan matang . Rambutnya yang sebahu , selalu tertata rapi . Tangan Soleh pun melepas releting rok mini yang di kenakan Ningrum . Lalu jari jari nakal Soleh , mulai mengelus elus selangkangan Ningrum , yang masih terbalut celana dalam hitam mininya . “ ih … ahh….” desah Ningrum , yang berdiri , sambil memegang pundak Soleh .

Tangan Soleh pun tak sabar , memelorotkan celana dalam Ningrum . Terlihat bulu bulu , yang menghias bukit vaginanya . Jari Soleh bergerak , meraba belahan vagina Ningrum . Mencari daerah sensitif organ rahasia Ningrum . “ shhhh… ahh….” desah Ningrum . Jari Soleh pun mengesek klitoris Ningrum , membuat Ningrum semakin mendesah .

Jari jari Soleh tidak hanya mengesek , namun bergerak masuk keliang vagina Ningrum “ohh … ohh…. .. ohh…” desah nya . Jari jari Soleh lincah bergerak , membuat Ningrum semakin mendesah desah kenikmatan .

Jari jari yang basah itu terus keluar masuk liang vagina Ningrum , hingga Ningrum di buatnya tak bisa bertahan . “ ahh.. udah .., saya gak kuat di giniin…ahh…” desah Ningrum , yang membuat Soleh semakin mempercapat gerakan jarinya , dalam vagina Ningrum yang semakin basah . “ ahh … udah..ah… “ .Dan tiba tiba , tubuh Ningrum mengejang , dan seakan tulangnya lepas , dan Ningrum terduduk di lantai karpet kamar hotel itu .

Kembali Soleh , menarik tangannya , hingga Ningrum berdiri , dan duduk di pangkuan Soleh , dan Soleh melumat bibir Ningrum dengan nafsu . Bibir mereka menempel erat , dan lidah mereka berpilin pilin , beberapa saat , hingga Soleh , merebahkan tubuh Ningrum , yang sudah separuhnya bugil , di kasur empuk hotel itu .

Kedua kaki Ningrum di buka lebar oleh Soleh , vaginanya yang memerah , dengan liang vagina yang siap santap . Soleh pun mulai mengarahkan penisnya , mendekat liang vagina Ningrum , dan semakin mendekat .

“ ahh .. soleh .. pelan pelan ..dong.. …” ujar Ningrum . Soleh hanya tersenyum , dan terus mendesak penis besarnya ke dalam vagina Ningrum , gadis yang cantik itu . “ ohh .. .. ohh… “ erang Ningrum , menikmati desakan hardware milik Soleh itu .

Soleh pun mulai dengan goyangan saktinya , mendorong , dan menarik , membuat tubuh Ningrum , mengelijing , dan mulutnya mendesah desah . Gerakan Soleh pun semakin cepat, dan Ningrum semakin menikmati gerakan Soleh , seakan di bawa Soleh terbang jauh, melayang di langit kenikmatan .

Meraka terus bergumul , kedua kaki Ningrum terlihat melingkar di pingang Soleh , menjaga agar tak lepas , moment moment penuh kenikmatan ini . Soleh pun terus mendorong dan menarik penisnya .

“ ahh .. ahh .. aku gak kuat lagi ..ohh…. “ erang Ningrum . Soleh semakin mempercepat gerakkannya , dan Ningrum menjerit , sambil tangannya mencengkram kuat pundak Soleh. Tubuhnya mengejang , dan kembali Ningrum mendapat orgasmenya . Begitu juga dengan Soleh yang sudah tak bisa membendung birahinya , dan melepas spermanya .

Soleh berhenti dengan gerakkannya , dan menciumi bibir Ningrum dengan mesra .

Diperkosa Para Kuli Bangunan dan Mandor

Yuk kita baca aja cerita sek seru yang satu ini. Dijamin deh cerita seks yang kami hadirkan tak pernah ada dalam situs cerita seks manapun ;) . Tomi adalah seorang mandor buruh sebuah pabrik yang usianya bisa dibilang sudah paruh baya. Garment di kawasan Bandung. Dia bekerja sebagai seorang pengawas buruh dibagian produksi. Perangainya cukup sangar sikapnyapun tegas terhadap para buruh-buruh yang bekerja disitu. Dia tidak pelit dengan kata-kata kasar dan caci maki terhadap para buruh yang melakukan kesalahan. Bagi para buruh tidak ada pilihan lain selain bekerja dibawah tekanan mandor Tomi karena memang mencari pekerjaan lain sangatlah sulit.

Tomi diangkat oleh perusahaan sebagai seorang mandor karena dia memiliki latar belakang kehidupan yang keras, memang dia adalah seorang preman disebuah kawasan yang rawan kriminal di Bandung. Dengan harapan kedudukan Tomi sebagai mandor buruh, maka para buruh akan segan dan takut terhadap perusahaan. Saat ini ada seorang mahasiswi yang kebetulan sedang tugas magang di pabrik itu namanya Ani, usianya masih 19 tahun dan dia adalah seorang mahasisiwi Fakultas Teknik Industri pada sebuah perguruan tinggi negeri yang terkenal di kota Bandung. Ani cukup lincah dalam bekerja. Gadis cantik itu pintar dan rajin dalam melakukan tugas-tugasnya. Dia memiliki wajah yang imut-imut dan cantik sekali seperti mojang-mojang Bandung umumnya yang memiliki kulit putih bersih. Selama bekerja magang di pabrik itu, Tomi sering memperhatikan Ani. Potongan tubuhnya sintal padat proporsional dengan tinggi tubuhnya yang sekitar 160-an cukup membuat Tomi tertarik perhatiannya kepada Ani. Penampilan Ani memang lain dibandingkan dengan gadis-gadis lainnya. Ani lebih senang menggunakan celana jeans dan baju yang ketat seperti umumnya penampilan seorang mahasiswi sehingga lekuk-lekuk tubuhnya terlihat jelas. Hal itulah yang membuat para lelaki dipabrik itu sering memandangi kemolekan tubuh Ani. Begitu pun dengan Tomi yang selalu mencuri-curi pandang melihat keindahan dan kemolekan tubuh Ani. Hal ini tidak disadari oleh Ani karena dia lebih serius untuk menyelesaikan tugas-tugasnya selama magang di pabrik itu. Sesekali Tomi menyempatkan diri untuk memasang muka ramah dan bercakap-cakap dengan Ani hanya sekedar menukmati kecantikan wajah gadis tersebut. Padahal dengan karyawati atau buruh wanita yang lainnya boro-boro dia memasang muka ramah yang ada selalu tampang sangar yang diperlihatkannya dan ucapan-ucapan yang jauh dari keramahan. Singkat kata Tomi telah jatuh hati berat kepada Ani, mahasiswi cantik itu.

Pada suatu hari menjelang berakhirnya masa kerja magang Ani di pabrik itu, Tomi memberanikan diri untuk mengutarakan isi hatinya. Sore hari itu ditemuinya Ani disebuah kantin di pabrik itu, dengan rasa percaya diri dan nekat dia utarakan keinginannya untk menjadi pacar serta pendamping hidup Ani. Namun, pada akhirnya keadaan berubah dan merupakan titik balik perasaan Tomi, dari rasa cintanya kepada Ani berubah 180 derajat menjadi benci. Cinta Tomi ditolak mentah-mentah oleh Ani. Dengan alasan selain perbedaan agama, usia yang terpaut jauh dimana Tomi saat ini telah berusia 38 tahun sedangkan Ani baru 19 tahun selain itu juga terdapat beberapa sifat Tomi yang tidak cocok dengan Ani. Seperti diketahui latar belakang Tomi adalah seorang preman, pemabok dan penjudi. Sejak itu hati Tomi menjadi panas, kesal dan marah atas jawaban dari Ani. Didalam hatinya tiba-tiba muncul rasa dendam terhadap Ani. Dan diapun merencanakan akan berbuat sesuatu terhadap Ani, “Hmmm… tunggu tanggal mainnya gadis sombong… puih !!!” batinnya. Seminggu kemudian, pada sebuah Malam disebuah lorong yang gelap tampak sekelompok orang berjalan mengendap-endap. Mereka ada Tomi berserta beberapa anggota kelompok premannya. Mereka adalah Asep, Ujang, Cecep dan Afung, tampang-tampang mereka lusuh-lusuh dan kumal-kumal, tampang khas para preman.

“Sstt… sebentar lagi dia lewat kesini”, bisik Tomi kepada kawan-kawannya.
“Ok… kita tunggu aja boss…”, balas Ujang.
“Boss… gue udah engga tahan nihh… udah pingin nyodok tuh cewek”, bisik Afung.
“Sstt… sabar… boy… sabarr… semua pasti dapat tanda tangan… hihihi…”, balas Tomi.
“Pokoknya gue duluan yang kasih pelajaran tuh cewek…”, lanjut Tomi.
Malam itu mereka memang tengah menghadang Ani pada suatu tempat didekat tempat kost Ani. Tempat penghadangan itu memang sepi dan hanya terdapat beberapa rumah kosong saja dan sebuah lapangan luas yang mengelilingi rumah kost Ani. Sehingga Tomi dan kawan-kawannya merasa cocok dengan tempat itu sebagai lokasi penghadangan.
Ani memang lebih memilih untuk tinggal disebuah rumah kost yang sepi, agar supaya dia bisa lebih serius dalam belajar. Seminggu lamanya sejak Ani tidak lagi magang di pabrik itu, Tomi menyibukkan diri dengan mencari data-data diri Ani serta mengamati kegiatan-kegiatan Ani sehari-hari. Termasuk membuntutinya pulang-pergi dari kost-kostannya menuju kekampus sehingga dia tahu betul kegiatan serta route-route pulang-pergi Ani. Hingga akhirnya dipilihlah tempat itu sebagai tempat yang ideal dalam menghadang korbannya.
“Nah ini dia…”, ujar Tomi sambil menunjuk kesebuah bayangan yang mendekat kearah mereka berkumpul.
“Tak salah lagi, tepat pukul 7 malam pasti tuh cewek lewat sini” lanjut Tomi sambil tersenyum melihat sasarannya mendekat.
Tapi sejenak Tomi agak bimbang karena bayangan yang mendekat itu ternyata ada dua sosok.
Tetapi setelah diamati secara mendalam ternyata kedua-duanya adalah sosok bayangan wanita dan diyakini salah satu bayangan itu adalah Ani dan satu lagi juga sosok wanita. Maka tanpa keraguan lagi dia pun mulai memutuskan untuk menjalankan operasi penyergapan itu.
“Ah itu dia pengantin wanitaku…”, gumam Tomi.
“Ok…jalan kan tugas masing-masing ! awas jangan sampai luput…”, perintah Tomi kepada teman-temannya.
“Ada dua boss, yang satunya gimana nih ?”, tanya Asep.
“Ah sikat aja…”, jawab Tomi.
Tanpa dikomando lagi Asep, Cecep dan Afung bergerak menuju kearah gadis itu berjalan.
Merekapun menghadang Ani beserta temannya,
Anipun nampak kebingungan mendapati dirinya dihampiri oleh empat lelaki yang tidak dikenalnya.
Tomi hanya mengamati dari jarak sekitar 10 meter, suasanya hening sejenak. Dari tempat Tomi berdiri sayup-sayup terdengan pembicaraan serius diantara Asep dan Ani.
Beberapa detik kemudian suasana berubah, secepat kilat Ani diringkus oleh Cecep dan Afung yang memiliki tubuh tegap. Sedangkan temannya diringkus oleh Asep dan Ujang. Ani serta temannya mencoba melawan dan meronta-ronta akan tetapi beberapa pukulan dilayangkan oleh Cecep dan Afung dan akhirnya Anipun pingsan. Setelah itu tubuh tak berdaya itu dibopong oleh Cecep.
Sementara itu teman Ani yang juga meronta ronta dibekap dan dipukuli oleh Ujang hingga akhirnya tak sadarkan diri pula. Lantas tubuhnya digendong oleh Asep.
“Beres semuanya boss…”, ujar Asep kepada Tomi yang kemudian keluar dari persembunyiannya.
“Good… good…, ayo lekas kita bawa ke rumah kosong itu”, perintah Tomi.
Penghadanganpun berjalan dengan sukses, sasaran telah dilumpuhkan dan kini siap “diproses”. Didalam rumah kosong itu tubuh Ani dan temannya dibaringkan disebuah dipan kayu. Kedua tangannya Ani diikat kebelakang.
Setelah lampu diruangan itu dinyalakan, kelima orang yang telah dirasuki nafsu itupun menggunam terkagum-kagum melihat kecantikan dan kemolekan tubuh Ani yang tengah tergolek pingsan. Dia menggunakan kaos lengan panjang serta jeans birunya yang kesemuanya berukuran ketat sehingga kemolekan tubuhnya terlihat jelas. Ternyata Tomi mengenali sosok wanita satunya yang juga ikut dilumpuhkan tadi.
“Ah gue inget ini kan si Dina, temannya Ani… wah… wah… sial sekali nasibnya”, ujar Tomi.
Dina memang teman akrab Ani, usianya lebih muda dari Ani yaitu 16 tahun, dan masih duduk dibangku kelas 2 SMU. Dina adalah keponakan dari pemilik kost dimana Ani tinggal.
Dina juga memiliki wajah yang manis, tubuhnya mungil namun padat.
“OK jatah gue si Ani… ini pengantin gue, yang satunya boleh elo sikat”, balas Tomi.
“Ok sekarang elu-elu pada nyingkir deh, silahkan elo bikin pesat sendiri sama si Dina itu, dan jangan ganggu malam pengantin gue, OK!”, ujar Tomi kepada teman-temannya.
“Sip boss… kita bikin pesta sendiri”, ujar Asep. Dan menyingkarlah ke-4 teman-teman Tomi sambil membopong Dina.
“Hmmm… sayangku… mari kita nikmati malam pengantin kita sayang…”, bisik Tomi kepada Ani yang tengah pingsan.
Dengan senyum kemenangan Tomi memandangi gadis itu yang tengah tergeletak di sebuah dipan kayu.
“Akhirnya aku dapatkan kau…” ujarnya dalam hati.
Kedua tangannya bergerak meraba Payudara gadis itu. Mulanya pelan-pelan hingga lama kelamaan semakin keras, bahkan kini kedua tangannya dengan ganas meremas-remas payudara Ani yang kalau terlentang terlihat membukit.
Setelah puas meremas-remas payudara Ani, kini Tomi mengeluarkan pisau lipatnya yang memang selalu dibawanya kemana-mana sebagai senjata. Dengan kasarnya kemudian Tomi merobek-robek baju kaos lengan panjang Ani, hingga tinggal bh putihnya saja yang menutupi kedua payudaranya. Namun akhirnya diputuskannya tali bh itu dan dicampakannya bh itu kelantai sehingga kini terlihatlah kedua gundukan indah payudara Ani. Setelah itu serta merta dengan bernafsu dikulumnya dan dijilat-jilatnya kedua payudara itu dengan sesekali digigit-gigitnya kedua puting payudara itu.
Puas dengan bagian payudara kini Tomi melepas celana jeans yang dikenakan Ani, sreett… sekali tarik terlihatlah bagian bawah dari Ani dengan celana dalamnya yang berwarna putih. Kedua mata Tomi kembali terbelalak melihat pemandangan indah itu, diusap-usapnya kedua paha putih Ani juga gundukan dipangkal pahanya itu.
Sedang asyik asyiknya mengusap-usap gundukan kemaluan Ani, tiba-tiba terdengar suara kegaduhan dari ruang sebelah. Tomipun menghentikan aktifitasnya lalu bangkit seraya berlari mendekati arah suara itu. Sesampainya disuatu ruangan asal muasal suara itu, matanya kembali terbelalak melihat pemandangan erotis yang tengah terjadi diruangan itu. Jantungnya berdetak keras, birahinya memuncak melihat pemandangan diruangan itu. Diruangan itulah Tomi melihat Dina yang rupanya telah sadar tengah “dibantai” oleh Asep, Ujang, Afung dan Cecep.
Tubuh Dina yang dengan posisi merangkak nampak tengah disodomi dari belakang oleh Asep yang memiliki badan yang jauh lebih besar daripada Dina. Asep dengan sangat keras dan kasarnya mengocok-ngocok batang kemaluannya didalam lobang anus Dina. Mula-mula Dina meraung-raung ampun-ampunan karena kesakitan, namun teriakan-teriakannya tidak berlangsung lama karena kemudian dimulut Dina telah tertanam batang kemaluan Ujang. Ujang memposisikan dirinya didepan Dina, setelah berhasil menyumpalkan batang kemaluannya didalam mulut Dina kemudian dengan tangan kirinya yang memegang kepala Dina dia paksa kepala Dina untuk bergerak maju mundur.
Ujang dan Asep nampak sangat menikmati keadaan itu, mereka mendesah-desah merasakan nikmatnya bagin-bagian tubuh Dina itu. Tak berapa lama kemudian merekapun berejakulasi. Asep menyemburkan spermanya didalam lubang anus Dina dan sejenak kemudian Ujang memuntahkan cairan spermanya didalam mulut Dina. Nampak Dina megap-megap dibuatnya di saat harus menelan cairan sperma Ujang yang cukup banyak.
Setelah itu kedua orang tadi menyingkir dan posisinya digantikan oleh Cecep. Cecep ini baru berusia 23 tahun, namun perawakannya besar dan tinggi, batang kemaluannyapun nampak telah mengacung membesar dan siap menelan mangsa. Kini Cecep bersiap-siap menyetubuhi Dina, direntangkannya tubuh Dina yang kepayahan itu dan langsung ditindihnya. “Oouugghhh…”, Dina melengking disaat kemaluan Cecep yang besar itu melesak kedalam liang vaginanya. Pemandangan ini sudah cukup untuk membangkitkan birahi Tomi diapun berjalan meninggalkan ruangan pembantaian Dina itu dan kembali menghampiri Ani pasangannya.
Tiba-tiba Ani terbangun dan membuka mata. Ani kaget mendapati kedua tangannya terikat dan keadaan tubuhnya hanya tinggal celana dalam. Dan lebih kaget lagi ketika dihadapannya melihat Tomi tertawa terkekeh-kekeh menyaksikan dirinya yang tak berdaya.
“Rasain deh lu, makanya jadi cewek jangan sombong. Jadi terpaksa elu gua kerjain deh?” Tomi berbicara.
“Kepaksa, malam ini elo harus bisa memuaskan gue, kekasih elo” lanjutnya.
Ani semakin takut karena dia tahu apa yang akan terjadi pada dirinya, badannya mulai gentar, mukanya memucat. Air matanya mulai meleleh seiring dengan kata-kata ampunan yang keluar dari bibirnya.
“Pak Tomi… ampun pak… jangan sakiti aku…”, pintanya sambil terisak-isak. Permohonannya ini nampaknya semakin membuat Tomi terangsang.
Satu persatu dilepaskannya baju dan celananya hingga akhirnya telanjang bulat. Badan Tomi nampak gemuk dengan perut yang membuncit, beberapa gambar tatto nampak menghiasi tubuhnya.
Kemaluannya nampak telah menegang keras, ukuran juga besar dengan ujungnya yang telah basah. Ani semakin merintih-rintih ketakutan, dia pejamkan matanya sambil terus menangis. Dia sadar akan diperkosa. Tomi kemudian bergerak mendekati Ani dan meraih kepala Ani. Belum sempat berteriak, mulut Ani tiba-tiba dijejali dengan batang kemaluannya yang sudah menegang dan membuat gadis itu tersedak.
Ani berusaha terus menutup mulutnya namun setelah jempol dan jari telunjuk Tomi menutup lobang hidung Ani, diapun membuka mulutnya sebagai reaksi karena kekurangan oksigen. Langsung mendapat kesempatan itu dihujamkannya batang kemaluannya kedalam mulut Ani. Dia tak bisa berbuat apa-apa karena Tomi memegang kepala gadis itu. Rasa mual membuat Ani hampir muntah dan berusaha melepaskan kemaluan Tomi di mulutnya. Tomi gerak-gerakkan batang kemluannya di mulut gadis itu, maju-mundur dan diputar-putar didalam rongga mulut Ani. Selama sepuluh menit Tomi menjejali mulut gadis itu dengan batang kemaluannya.
Puas dengan itu kemudian Tomi mengeluarkan kemaluannya dari mulut gadis itu. Ani langsung mencoba berteriak tapi Tomi cepat-cepat membekap mulutnya dan berkata, “Diem lu, jangan berteriak atau gue bunuh kamu?”, sambil menempelkan pisau lipatnya. Ani terdiam karena takut ancaman itu. Dan hanya bisa menangis sampai gadis itu kelelahan dan lemas. Setelah sejenak menikmati wajah Ani, kini Tomi menurunkan celana dalam putih Ani dan melemparkannya ke lantai, Anipun hanya bisa pasrah tanpa perlawanan.
“Gile, memek elo bagus banget… waw indah sekali…?” bisik Tomi kepada Ani.
Memang gadis seusia Ani memiliki kemaluan yang indah, masih perawan, bulu-bulunyapun tipis dan halus-halus tumbuh rapih berjajar disekitar lobang vaginanya.
Kedua tangan Tomi kembali meremas-remas payudara gadis itu. Ani menjerit-jerit ketika Tomi memijat-mijat putting susunya. Kembali Ani berteriak lagi, kembali pula Tomi ancam Ani “Lu bisa diem ngga…!?”.
“Sekarang, Lu harus nyobain kontol gue ini…pasti nikmat.?” Tomi berkata.
“Kita jadikan malam ini sebagai malam pengantin kita, hahaha…”, sambungnya.
“Jangaaan pak… oouuhh… jangaaan, …ampuunn pakk… ? Ani memelas.
Tapi Tomi tak peduli dengan ucapan gadis itu.
Diapun jongkok didepan Ani, dia angkat pahanya dan melebarkannya. Kepala Tomi menunduk memperhatikan kemaluannya Ani yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. Kepalanya bergerak dan mulutnya mulai menjilati kemaluan gadis itu.
Mendapatkan perlakuan itu badan Ani langsung menggeliat-geliat suaranya terengah-engah merasakan kemaluannya kegelian karena dijilati. Hanya suara erangan gadis itu saja yang terdengar, “Ehhmmhh… engghh… ouuhhh… oohh… dst”. Sementara mulut Tomi terus menjilati kemaluan Ani, tangannya bergerak ke atas dan memijat-mijat payudara Ani serta mempermainkan putting susu gadis itu.. Ani menggeliat antara sakit, geli dan takut.
Tiba-tiba Ani mengangkat pinggulnya dan mendesah lemah. Rupanya Gadis itu telah orgasme. Dari vagina gadis itu keluar cairan. Ketika melihat bibir vagina gadis itu telah basah, cepat-cepat Tomi mengarahkan kontolnya yang sudah menegang dan mendekatkannya ke bibir vagina gadis itu. Sambil memegang pinggul gadis itu, Tomi melesakkan batang kemaluannya.
Dan…”Aahhh… sssakittt… oouughhh… a.. ammpunn… pak.. oouhhh…”, Ani merintih tajam tubuhnya menegang kaku menahan rasa sakit dipangkal pahanya. Walaupun dengan susah payah akhirnya Tomi berhasil menanamkan batang kemaluannya masuk amblas ke dalam lubang kemaluan Ani. Ani menjerit kesakitan, badannya meregang kesakitan. Sejenak Tomi merasakan kenikmatan hangatnya lobang kemaluan Ani dan merasakan denyut-denyut dinding kemaluan Ani serasa memijat-mijat batang kemaluannya.
Akhirnya Tomipun mulai mengerakkan kemaluannya maju mundur. Tangannya memegang pundak gadis itu sedang mulutnya menciumi bibir dan pipi Gadis itu. Ani mendesah-desah dan mengerang-erang membuat Tomi semakin bergairah dan mempercepat gerakan memaju-mundurkan kemaluannya itu. “Oohh… oouufffh… ooouuh… aahh… dst”, Ani mengerang-ngerang. Tubuh keduanya telah dibanjiri oleh peluh seolah-olah mereka sedang mandi.
Puas dengan posisi itu kini Tomi mencabut kemaluannya dan membalikkan tubuh Ani. Dan memposisikan tubuh telanjang gadis itu seperti Anjing. Dari arah belakang kembali Tomi menghujamkan kontolnya yang kini ke dalam liang dubur gadis itu.
“Aaakhhh…!!!”, Ani kembali memekik kesakitan, badannya kembali mengejang keras menahan sakit yang teramat sangat ketika liang anusnya dibobol oleh kemaluan Tomi.
Setelah tertanam, Tomi kembali memompa dengan gerakan yang semakin cepat. Kedua tangan Tomi yang besar semakin kasar meremas-remas susu gadis itu. Ani semakin mengerang-ngerang kesakitan. Tapi Tomi tak peduli. Terus saja Tomi maju mundurkan pinggulnya dengan cepat. Sadar dirinya akan mencapai klimaks, Tomi mencabut batang kemaluannya dari lobang dubur Ani. Setelah itu dihempaskannya tubuh Ani hingga kembali terlentang. Kembali Tomi menancapkan batang kemaluannya didalam liang vagina Ani yang telah dibasahi oleh cairan kewanitaannya yang bercampur darah perawannya.
Bless…batang kemaluan Tomi menghujam masuk tanpa kesulitan, kembali digenjotnya tubuh Ani dengan cepat dan kasar, sampai-sampai dada Tomi menghantam-hantam wajah Ani yang meringis-ringis kesakitan. Kini Tomi menggoyang tubuh Ani dengan hebat hingga tubuh Ani terbanting-banting disodok oleh Tomi. Sampai akhirnya saat yang ditunggu-tunggu oleh Tomi, kini tubuh Tomi mengejang, wajahnya menyeringai menengadah keatas, otot-ototnya mengeras dan akhirnya dia menyemprotkan spermanya di vagina gadis itu, Croottt… crrottt… crrottt… jumlahnya banyak sekali.
“Oogghhh… ahh…”, Tomi memekik puas sambil terus menyemprotkan spermanya memenuhi rongga vagina Ani sambil kedua tangannya mencengkram erat pinggul Ani.
Anipun tiba-tiba mendesah panjang… “ooouuuuhhgggg…”, sambil menerima tumpahan sperma Tomi yang melimpah ruah itu hingga meluber keluar dari sisi-sisi rongga kemaluannya badannyapun mengejang dan bergetar, sepertinya diapun mengalami ejakulasi sesuatu yang baru dialaminya seumur hidup.
Beberapa detik kemudian setelah sama-sama mengalami orgasme tubuh kedua insan itupun melemas, tubuh Tomi jatuh menindih tubuh Ani. Kini hanya suara nafas kedua insan itu yang saling memburu menghiasi akhir dari pergumulan itu. Setelah diam selama 15 menit, Tomi kemudian bangkit dari atas tubuh Ani serta melepaskan kontolnya, “Ooohhh…”, Ani mendesah panjang disaat Tomi mencabut batang kemaluannya yang beberapa menit lamanya mengisi rongga kemaluannya.
“Sayang… gimana rasanya ? enak kan ?”, tanya Tomi kepada Ani.
Anipun diam seribu bahasa dan memalingkan wajahnya dari pandangan Tomi.
“Ayo sini sayang ada lagi tugas buat kamu…”, ujar Tomi serta meraih dan mengangkat kepala gadis itu untuk kemudian memaksa Ani menjilati batang kemaluan Tomi yang masih basah oleh sperma dan darah.
Anehnya Ani hanya pasrah dan menuruti saja perintah Tomi tadi secara perlahan-lahan diraihnya betang kemaluan Tomi yang kembali menegang itu dan kemudian dijilat-jilat serta dikulumnya batang kemaluan Tomi bak makan permen sampai bersih.
Setelah selesai dan merasa puas, Tomi bangkit dan membiarkan tubuh Ani yang telanjang itu terjatuh lemas. Tomi bergerak mendekati Ani yang masih lemah dan membisikkan kata-kata mesra di telinganya
” Kamu hebat sayang… aku cinta sama kamu”.
Karena dilihat Ani terkulai lemas dan sepertinya tertidur karena kecapaian, maka Tomi memutuskan untuk meninggalkannya dulu. Tomi ingin melihat kegiatan di ruangan lain dimana tadi terjadi pembantaian itu.
Sesampainya dirungan yang ditujunya mata Tomi terbelalak ketika melihat pemandangan yang ada diruangan itu. Teman-temannya nampak tidur tiduran sambil melepas lelah setelah membantai Dina yang tubuh telanjang Dina nampak tergeletak dengan posisi telentang dilantai, kedua kakinya mengangkang lebar dengan lutut tertekuk. Setelah diamati dari dekat oleh Tomi ternyata kondisi Dina sangat mengenaskan dia telah diperkosa secara buat oleh teman-temannya, mulutnya dipenuhi oleh cairan sperma yang mengental sampai meluber disekitar mulut dan pipinya. Rupanya oleh teman-temannya Tomi Dina dipaksa melakukan oral sex dan mereka telah menumpahkan spermanya didalam mulut Dina.
Matanya nampak sayu serta nafasnya terdengar pelan terengah-engah. Kuturunkan tatapan mataku keseputar payudaranya yang berukuran tidak begitu besar, disitu terdapat banyak bekas-bekas gigitan dan salah satu putingnya nampak berdarah, disitu juga terdapat tumpahan sperma yang telah mengering. Dan akhirnya kutatap kemaluan gadis itu, kondisinya rusak parah, kemaluannya sudah memerah dan membengkak, banyak ceceran darah dan sperma didaerah itu. Tomi menggeleng-gelangkan kepalanya melihat kondisi Dina.
Tiba-tiba Asep bangkit dia menyalakan rokoknya dan kemudian menyelipkannya dibibir kemaluan Dina.
Tomi dan Aseppun tertawa terbahak-bahak, “Kasihan dia sudah bekerja keras memuasin kita-kita orang ini, aku kasih dia rokoklah”, ujar Asep.
“Eh sebentar gwe mau kencing dulu”, ujar Asep berjalan meninggalkan ruangan pembantaian Dina sambil mengakhiri tawanya.
Diruangan itu pula Tomi bergerak kearah tumpukan pakaian Dina yang berserakan dilantai, dia rupanya tertarik dengan tas punggung Dina. Dengan rasa penasaran dia buka-buka isi tas Dina, membaca buku hariannya, membuka-buka dompet Dina, memerika ponsel milik Dina, kurang lebih 5 menit lamanya dia buka-buka itu semua. Sedang asyik-asyiknya dia membuka-buka buku Dina, tiba-tiba dia dikejutkan dengan teriakan diruangan samping. Serta merta dia berlari menuju kearah situ.
Kembali mata Tomi terbelalak serta menggeleng-gelengkan kepalanya tatkala melihat Asep ternyata tengah asyik menyetubuhi Ani.
“Sss… sorry.. b.. boss.. gwe kagak tahan… lihat cewek cantik ini…”, ujar Asep sambil terus memompakan kemaluannya didalam kemaluan Ani.
“Oouuhhh… aaahhh… jj… jangann… kasar… kassarr… oohh… oohh…”, Ani kembali merintih-rintih sambil tubuhnya terhempas-hempas sebagai akibat sodokan-sodokan keras Asep.
“D.. diem… luh… rasain… aja.. kontol gue… inii… aakkhh… akhh.. fuck ! ohh… fuck…!!”, ujar Asep sambil terus menggenjot tubuh Ani.
“Akhh… oouhhh… oh… a.. ampunn… oohh…”, Ani merintih-rintih dengan tubuh yang terhempas-hempas wajahnya meringis menahan rasa ngilu diselangkangannya.
Sepuluh menit lamanya tubuh Ani disetubuhi oleh Asep, hingga akhirnya Asep memuntahkan spermanya di lubang kemaluan Ani.
Asep terlihat sangat puas sekali dan diapun kemudian menjatuhkan dirinya disisi Ani yang kembali tubuhnya melemas. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam saat mereka tersadar akan waktu yang semakin mepet, tidak terasa sekian lamanya mereka mengerjain kedua gadis itu serasa waktu berlalu cepat.
Tiba-tiba birahi Tomi bangkit kembali, didekatinya kembali tubuh Ani yang tertidur kerena kecapaian itu dan dibangunkannya Ani dari tidurnya.
“Hoeii bangunnn…”, bentak Tomi kepada Ani.
“Oohhh…”, Anipun terbangun.
“Sayangku… layanin aku lagi ya…”, bisik Tomi dengan tersenyum.
“Pedangku udah bangkit lagi nih…gara-gara kamu sih yang menggairahkan sekali…”, lanjutnya.
Mimik wajah Anipun berubah menjadi cemas, matanya mulai berkaca-kaca.
“Pak.. Tomi… Ani udah engga kuat pak… rasanya sakittt… sekali… jangann… pak.. tolong…”, ujar Ani dengan suara yang lirih.
“Peduli setan “, balas Tomi seraya memposisikan dirinya diatas tubuh Ani.
“ooohhh… oohh…”, Ani mendesah panjang tatkala Tomi menanamkan kembali kemaluannya didalam lobang kemaluannya. Kembali tubuh Ani digenjot, disetubuhi secara kasar oleh Tomi.
Ani hanya bisa pasrah, air matanya berlinangan, tubuhnya lemah hanya mengikuti irama gerakan dari Tomi yang tengah menyodok-nyodokkan kemaluannya.
Dan setelah beberapa menit lamanya Tomi kembali berejakulasi dilobang kemaluan Ani cairan hangatnya menyembur membasahi rahim Ani.
Rasa puas nampak di raut wajah Tomi, “Hahaha…akhirnya aku berhasil mendapatkanmu gadis cantik”.
“Gue mau tanya ke elu yang terakhir kalinya, mau engga elu jadi istri gue hah ?”
Ani hanya diam membisu sambil menangis.
“Kalo elu engga mau, gue suruh temen-temen gue perkosa elu sampai mati !”, ancam Tomi.
“Inget memek elu udah gue siram ama peju gue, dan sebentar lagi elu hamil”, ujar Tomi.
Kurang lebih setengah jam lamanya Tomi “merayu” Ani, kadang terdengar bentakan-bentakan, kadang Tomi menampar wajah Ani, kadang dengan kata-kata halus, yang jelas Tomi terus meneror hati Ani.
Rupanya bujuk rayu dari Tomi tak membuahkan hasil sementara waktu sudah menunjukkan pukul 2 dinihari.
Akhirnya Tomi mempersilahkan teman-temannya untuk “mencicipi” tubuh Ani.
“Rasain tuh kontol-kontolnya temen-temen gue biar mampus elu, cewek sombong !”, ujar Tomi dengan mencibir.
Tanpa membuang waktu lagi keempat teman Tomi mulai menjamah tubuh Ani.
Mereka mulai memperlakukan Ani seperti Dina. Mulai dengan Afung yang langsung menyodomi Ani setelah itu vagina Ani kembali dihajar oleh kemaluan milik Ujang, juga mulut Ani dipaksa mengulum batang kemaluannya Cecep dan setelah berejakulasi menelan spermanya, terakhir ketika Ani telah kepayahan Asep kembali menyetubuhi Ani. Kini keadaan Ani tidak jauh beda dengan Dina, seluruh wajah badan dan kemaluannya yang telah membengkak penuh dengan cairan sperma.
Kini waktu telah menunjukkan pukul 4 pagi, seluruh pemerkosa tadi telah berpakaian lengkap dan rapi. Sebelum mereka pergi, mereka menggotong tubuh Ani untuk disatukan dengan Dina. Kedua tubuh yang tak berdaya itu kini tergolek lemah, keduanya diposisikan terlentang sejajar dengan kondisi tubuh mereka yang telanjang bulat. Sebelum pergi Tomi mengecup kening Ani dan Asep kembali menyelipkan sebatang rokok yang menyala dikemaluan Ani juga Dina. Dengan diiringi tawa serta canda kelima pemerkosa itu pergi meninggalkan rumah kosong tempat dimana tubuh Ani dan Dina tergolek pingsan.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India